IMG-LOGO
Life Style

Jamasan Pusaka Buka Festival Kopi Perdamaian di Blitar

Ardana Pramayoga - August 24, 2025
IMG Prosesi pencucian pusaka dalam tradisi jamasan dilakukan oleh para empu dan sesepuh budaya di meja utama panggung Festival Kopi Perdamaian de Karanganjar. (FOTO: Ardana Pramayoga/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BLITAR – Festival Kopi Perdamaian de Karanganjar 2025 resmi dibuka dengan prosesi Jamasan Pusaka yang digelar di atas panggung utama kawasan Vredestuin, Sabtu malam (19/7/2025). Tradisi sakral tersebut menjadi pembuka seluruh rangkaian acara sebelum berbagai pertunjukan seni lokal dan internasional dimulai.

Berbeda dengan tahun sebelumnya yang tertutup, tahun ini jamasan diselenggarakan secara terbuka di hadapan publik sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai budaya Jawa. Prosesi ini disaksikan langsung oleh ratusan penonton, tokoh adat, dan seniman.

 

Jamasan pusaka merupakan tradisi penting masyarakat Jawa, dilakukan setiap bulan Suro sebagai bentuk penyucian benda pusaka dan refleksi spiritual menyambut pergantian tahun. Dalam konteks Festival Kopi Perdamaian de Karanganjar, jamasan menjadi simbol dimulainya perjalanan budaya yang bersifat lintas batas.

Sejumlah pusaka keluarga Noegroho dihadirkan secara simbolis, di antaranya Gong Mbah Gimbal, keris Omyang Jimbe, dan keris ageman Jenderal Sudirman. Pusaka-pusaka tersebut diletakkan di meja jamasan yang diposisikan tepat di tengah panggung utama.

Air kembang, jeruk nipis, dan minyak cendana digunakan dalam ritual simbolik tersebut, yang mencerminkan nilai penyucian lahir dan batin

Kholam Shiharta, kreator Sendratari Bumi Laya Ika Tantra Adi Raja menegaskan bahwa jamasan bukan sekadar seremonial, melainkan upaya menyatukan ingatan sejarah dan spiritualitas Jawa.

“Jamasan Pusaka bukan hanya ritual fisik, tapi juga perjalanan batin. Ia mengingatkan kita bahwa dalam pusaka tersimpan doa, sejarah, dan nilai-nilai kehidupan yang harus dijaga bersama,” ujar Kholam.

Upacara jamasan pada rangkaian acara Festival Kopi Perdamaian de Karanganjar menunjukkan kesinambungan antara akar tradisi dan ekspresi seni modern. Upacara ini menjembatani nilai-nilai lokal dengan pertunjukan yang bersifat lintas generasi dan budaya.

Meja jamasan yang dihadirkan di panggung utama menjadi pengingat bahwa dalam setiap pertemuan budaya, selalu ada ruang untuk menghormati warisan dan menyucikan diri secara kolektif. (*)