Lima dosen di Politeknik Negeri Malang (Polinema), khususnya di Program Studi Bahasa Inggris, memberikan inovasi baru dengan meluncurkan aplikasi Virtual Tour Guide Dua Bahasa di Wisata Kayutangan Heritage Malang pada Juni 2022. Inovasi tersebut terus dirasakan hingga saat ini oleh warga Kayutangan Heritage.
Tim dosen Polinema melihat bahwa banyaknya turis mancanegara yang berkunjung di kawasan Kayutangan. Namun kurangnya informasi mengenai Kayutangan Heritage membuat wisata ini menjadi kurang lengkap.
Pada akhirnya Siti Rohani S Pd MPd PhD, Dimas Wahyu Wibowo ST MT, Fitrotul Maulidiyah SPd MPd, Putri Sekarsari SS MLi, dan Nadia Hanayeen SPd MEd meluncurkan sebuah inovasi baru dengan membuat aplikasi Virtual Tour Guide Dua Bahasa dengan sistem QR-Qode.
“Banyak turis yang ke sini mulai Mei 2023, jadi mulai ramai. Mereka bisa scan barcode dengan cara kami arahkan. Kami juga memberikan info jika ada rumah yang ada tanda barcode-nya itu di-scan aja,” kata Sriniarti selaku pemilik Galeri Pak Eko di Kayutangan Heritage.
Aplikasi yang berbasis website ini berisi mengenai informasi Kayutangan Heritage, lengkap dengan informasi rumah warga, objek wisata, serta memanfaatkaan foto 360 untuk memberikan hasil informasi yang lebih menarik dan pengunjung dapat melakukan kunjungan ke KHK (Kampoeng Heritage Kadjoetangan) secara virtual.
“Barcode itu sangat membantu ya, karena kadang-kadang kalau kami story telling cukup pakai barcode saja sekarang sudah bisa tahu sejarah tempat itu sendiri. Informasinya juga lengkap, jadi rumah yang dianggap bersejarah dan ada history-nya, terus yang antik, dan memiliki spot-spot tertentu,” tambah Sriniarti.
Selain itu, wisatawan lokal maupun mancanegara bisa mengakses QR Qode ini dengan cara scan QR Qode yang sudah tersedia di beberapa rumah milik warga Kayutangan. Informasi yang diberikan pada website ini akan lengkap dengan tampilaan dua bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris.
“Saya senang dan bangga dengan adanya barcode ini, pengunjung juga akhirnya tahu dengan scan barcode aja oh ini galerinya Pak Eko, keturunan ke berapa, itu semua tahu. Di sini juga bisa makan, minum, foto-foto juga silakan,” jelas Sriniarti.
Di Kayutangan Heritage pun jika pengunjung ingin berfoto maka sama sekali tidak dipungut biaya alias gratis. Namun untuk masuk ke wisata ini pada pukul 07.00-17.00, maka akan dipungut biaya di seluruh koridor sebanyak Rp5.000 untuk wisatawan lokal, sedangkan Rp10.000 untuk wisatawan mancanegara. Di atas pukul 17.00, maka pengunjung sudah tidak dipungut biaya tiket lagi.
“Ke depannya sangat dimungkinkan untuk dibuatkan tambahan QR-Code. Selanjutnya, perlu peningkatan website dan info yang lebih up-to-date. Paket-paket wisata juga bisa ditawarkan di website itu. Juga, perlu dikaitkannya website dengan akun-akun bisnis di Kampoeng Heritage Kayutangan terutama untuk kemudahan order bagi pengunjung ataupun order online oleh pengunjung virtual,” kata Siti Rohani selaku Ketua Pelaksana Pengabdian Masyarakat di Kampoeng Heritage Kayutangan.
Dengan adanya inovasi aplikasi Virtual Tour Guide ini, warga berharap wisatawan yang mengunjungi tempat ini tidak perlu penjelasan tentang satu objek saja, tapi nantinya mereka bisa melakukan banyak hal dengan cara scan QR Qode yang sudah tersedia di setiap rumah.